From: http://thisisgender.com/homoseksual-bukan-karena-genetis/
ThisisGender.Com-Salah
satu alasan feminis atau pelaku Lesbian, Gay, Biseks dan Transgender
(LGBT) untuk melegalkan aktivitas homoseksual dan lesbian adalah karena
sudah kodrat, karena mereka sudah dilahirkan dalam keadaan seperti itu
dan kondisi demikian tidak bisa dirubah.
“Omong kosong bahwa Homo dan Lesbi adalah bawaan sejak lahir! Tidak
mungkin seperti itu”, tegas Pakar Psikologi Internasional dari Sudan,
yang menjadi pembicara bersama Dr. Hamid Fahmy Zarkasy, dalam acara Studium Generale
(kuliah umum) “Homoseksual dan Gender dalam Perspektif Psikologi dan
Islam” di Gedung Program Doktor Pendidikan Islam, Universitas Ibn.
Khaldun, Bogor, pada Selasa kemarin (29/05).
Kalau memang penyebab homoseksual dan lesbian adalah karena faktor
genetis, berarti kita telah memvonis Tuhan tidak adil, padahal
kenyataannya tidak demikian.
Banyak Estrogen Penyebab Homo?
Para Psikolog Barat mengklaim, pelaku LGBT menjadi demikian karena hormon estrogen lebih banyak daripada hormon endrogen. Namun, hal ini langsung dibantah kembali oleh Prof. Malik Badri sendiri.
“Padahal faktanya, manusia yang punya hormon estrogen lebih
banyak tidak menderita homoseksual”, tegas Pria yang menamatkan
pendidikan Doktornya di Universitas Leicester, Inggris, pada tahun 1961
ini.
Hormon estrogen sendiri adalah hormon yang pada umumnya
diproduksi oleh rahim wanita yang merangsang pertumbuhan organ seks
perempuan, hal ini dikenal sebagai karakteristik seks sekunder. Selain
itu, estrogen mengatur siklus menstruasi.
Hal ini juga disetujui oleh Rushdi Kasman M.Si., Dosen mata kuliah
Psikologi dan Konseling di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, yang
mengikuti jalannya acara kuliah umum tersebut sampai selesai.
“Memang, kadar hormon estrogen yang lebih banyak di dalam
tubuh seorang laki-laki tidak menentukan seseorang menjadi homoseksual.
Contohnya saja seperti dokter Boyke yang agak kemayu tapi ternyata
beliau bukan seorang homoseksual. Jadi kecenderungan perilaku seperti
tomboy dan feminin tidak menentukan seseorang itu punya kelainan seksual
(heteroseksual)”, terang pria lulusan UPI Bandung ini.
Sehingga seseorang yang mengalami kelainan seksual bukan karena faktor genetis melainkan karena faktor lingkungan.
Tidak hanya itu, Prof. Malik juga mengungkapkan bahwa dalam psikologi
Barat orang yang kontra dengan homoseksual dan mengkritisinya termasuk
dalam salah satu penyakit kejiwaan disebut homophobia.
“Sekarang ini dalam Psikologi Barat, orang yang kontra dengan
Homoseksual sudah bisa dikatakan termasuk dalam salah satu penyakit
kejiwaan”, ungkapnya
Padahal menurut Yadi Purwanto, salah satu Psikolog Islam Indonesia dalam bukunya “Psikologi Kepribadian, integritas aqliyah dan nafsiyah Perspektif Psikologi Islam”, Dalam perspektif Psikopatologi (gangguan kepribadian) perspektif Islam homoseksual termasuk dalam kategori jiwa yang abnormal atau jiwa yang sakit.
Korelasinya Dengan Kesetaraan Gender
Poin penting yang juga harus digaris bawahi dari kuliah umum kemarin
adalah, perilaku homoseksual ada korelasi dengan paham kesetaraan
gender. Karena paham kesetaraan gender, perilaku homoseksual seperti
mendapat pelegalan dan membuatnya semakin marak, sebagaimana hal ini
diungkapkan oleh Dr. Hamid, saat diwawancarai oleh CGS, Selasa kemarin
(29/05),
“Asal mula Homoseksual diperjuangkan dalam kesetaraan gender yaitu
berasal dari feminis aliran radikal, feminis aliran radikal ini
mempunyai tuntutan bukan hanya kesetaraan untuk perempuan tapi
kesetaraan untuk memperoleh kepuasan seks, jadi karena tidak memerlukan
laki-laki dia bisa memperoleh kepuasan seks tersebut dan tidak ada
ketergantungan karena merasa mempunyai hak untuk memperoleh itu. Feminis
ini memperoleh penguatan lagi dengan konsep equality,
feminisme kan membela hak perempuan, bukan hanya membela hak perempuan
tetapi juga menyamakan hak perempuan dengan laki-laki, nah itu dalam
semua aspek, termasuk dalam homoseksual ini”, terang penulis buku
Misykat ini.
Bisa disembuhkan
Menariknya, saat diwawancarai oleh CGS seusai makan siang, Selasa kemarin (29/05), Profesor yang mendirikan International Association of Muslim Psychologists
dan pernah menjadi anggota dewan pakar UNESCO ini, dengan wajah optimis
mengatakan bahwa penyimpangan seksual seperti homoseksual dan lesbian
bisa disembuhkan, yaitu dengan cara memberikan terapi kognitif, seperti
dibangunkan kesadarannya bahwa apa yang dia perbuat salah tanpa
menyudutkan dan menumbuhkan motivasi pada diri si pelaku, kemudian
dengan terapi behavior, yaitu si pelaku dimasukkan dalam lingkungan yang
lebih bersih dan baik, yang mendukung kesembuhannya dan dijauhkan dari
komunitasnya. (Sarah Mtv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nama:
Email:
Facebook:
Twitter: